Pagi, Rabu, 10 Desember 2014, buruh pabrik sepanjang Beksai Raya hingga cakung melakukan aksi turun ke jalan. Menggunakan sepeda motor, mereka konvoi entah kemana tujuannya saya juga tidak tahu.
Saat saya lewat sebagian masih berkumpul di jalan-jalan masuk pabrik masing-masing. Ada juga buruh pabrik lainnya yang sudah jalan konvoi.
Nah konvoi inilah yang menjadi perhatian pengguna jalan lain. Sebenarnya mereka cukup rapi, berbanjar beriringan, dua-dua, di badan jalan paling kiri. Kecepatanpun tak lebih dari 30kpj barangkali. Kondisi lalin juga tidak mendukung untuk kencang. Padat merayap.
Tiba-tiba seorang peserta konvoi terpelanting bersama sepeda motornya dan langsung tertubruk sepeda motor rekannya yang serta merta ambruk menimpa.
Entah sudah terbawa suasana demonstran, semangat menggebu, berapi-api, atau karena ngantuk semalam kurang tidur memikirkan materi yang akan diorasikan esoknya, kurang konsentrasi bisa jadi. Mungkin ban roda depan menggilas kerikil yang mengakibatkan ban kehilangan grip dan melintir.
Jalan yang memang terkenal macet, ini makin macet saja karenanya. Rekan buruh segera berhenti menolong, saya pikir sudah lebih dari cukup. Kalo saya berhenti justeru bisa menambah kemacetan. Saya berlalu.
Kondisi badan, jalanan, lalu lintas dan hati memang mempengaruhi pengendara sepeda motor. Meski mata nanar kalo otak tidak fokus, bisa jadi maut menjemput. Bahkan kehati-hatian kita seolah mubazir saat pengguna jalan lainnya tidak hati-hati.
Tapi paling tidak, kewaspadaan dan kehati-hatian serta penautan hati dalam setiap langkah akan memperkecil resiko celaka.(tri)
**************
Posted from WordPress for Android Wonder Roti Jahe
