Sepertinya tadi pagi, hari ini, Sabtu 20 Desember 2014, sebagian besar Sekolah Dasar Negeri siap membagikan rapor, semester pertama tahun ajaran 2014. Termasuk SD Negeri tempat anak saya, si kembar menimba ilmu. Saya yang habis jaga malam di tempat nguli bergegas mruput pulang pagi. Menapaki jalanan metropolitan yang sibuk. Sampai rumah jam 07.00. Sedang undangan pembagian rapor jam 07.30. Masih cukup waktu. Santai sejenak.
Sekira jam 07.45 saya baru sampai di sekolah. Nomor antrian 61 untuk pembagian rapor. Wali kelas sedang memberikan pengarahan kepada segenap wali murid yang didominasi ibu-ibu. Cuma segelintir lelaki yang nampak. Bapak-bapak sebagai kepala keluarga sebagian besar mungkin masuk kerja pagi. Diumumkan juga murid dengan prestasi terbaik 1 sampai 3, rangking kelas istilahnya. Saya tidak berharap banyak pada si kembar. Kemampuan anak saya sedang saja. Di akhir pengarahan, saat diberikan waktu tanya jawab, seorang wali murid menanyakan pemberlakuan kurikulum 2013. Apakah akan dilanjutkan atau kembali memakai kurikulum lama. Kata si bapak wali murid ini, kurikulum 2013 memberatkan, PR cenderung dikerjakan orang tua, karena anak tidak mampu, nalarnya belum sampai. Kurang lebih seperti itu. Jawaban wali kelas tidak memastikan, alias belum ada surat edaran resmi tentang pemberlakuan kembali kurikulum lama.
Dalam peraturan menteri di atas memang tidak disebutkan pencabutan kurikulum 2013. Jadi masih menunggu peraturan pelaksana. Cmiiw Pembagian rapor dimulai, bagi wali murid dengan antrian jauh boleh menunggu di luar. Saya memilih pulang, ada keperluan mendadak, panggilan alam, perut mules :) . Ketika saya kembali ke sekolah, baru masuk antrian 22. Masih lama. Saya memilih ke luar mencari warung kopi pinggir jalan, depan sekolah.
Ternyata ada juga wali murid lain yang bersamaan memesan kopi. Seoran bapak muda (bukan mamah muda :D ). Bedanya, dia memilih kopi susu, sedang saya lebih suka kopi hitam. Tangan kanan si bapak muda memegang tablet. Mengeluarkan dari soft case. Mungkin mau berselancar di dumay. Kopi disajikan, si bapak membuka tutup gelas kopi, diangkat dengan tangan kiri, masih panas, ditiup dan “glek!”. Mulai menikmati. Tegukan kedua masih dengan tangan kiri dan juga tiupan mengiringi. Saya menunggu beberapa saat, hingga suhu kopi bersahabat dengan bibir dan lidah. Tangan kanan sebagai pesuruh tentunya. Sementara Wonder Roti Jahe di tangan kiriku.
ﻋﻦ ﺍﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ :ﻗﺎﻝ ” ﺍِﺫَﺍ ﺍَﻛَﻞَ ﺍَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻓَﻠْﻴَﺎْﻛُﻞْ ﺑِﻴَﻤِﻴْﻨِﻪِ ﻭَﺍِﺫَﺍ ﺷَﺮِﺏَ ﻓَﻠْﻴَﺸْﺮَﺏُ ﺑِﻴَﻤِﻴْﻨِﻪِ ﻓَﺎِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻳَﺎْﻛُﻞُ ﺑِﺸِﻤَﺎﻟِﻪِ ﻭَﻳَﺸْﺮَﺏُ ﺑِﺸِﻤَﺎﻟِﻪِ ( ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺉ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻨﺎﻥ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ )
Dari abi hurairah ra dari Nabi SAW bersabda: “ jika salah seorang dari kalian makan, makanlah dengan menggunakan tangan kanan dan jika minum, minumlah juga dengan tangan kanannya. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kirinya dan juga minum dengan tangan kirinya”. (HR. Muslim dan Nasa’i di dalam sunan Kubro) dikutip dari (Multazam Einstein)
Si bapak selesai lebih dulu. Beberapa saat kemudian datang dua orang bapak muda lain. Sesama wali murid. Tanpa kenalan nama, tapi kenalan kampung halaman dan suku. Keduanya berasal dari Sumatera. Medan dan Padang. Tapi faseh berbahasa Jawa Alus. Si Padang etnis aselinya adalah Jawa Jogja. Berkisah tentang Sumatera Raya, andai dulu merdeka, Sumatera adalah negeri kaya, layaknya Malaysia paling tidak. Juga tentang Atambua dan sebuah bukit di Timor, di mana jika cuaca cerah dapat menonton panorama kota Sidney, Australia. Dan uniknya, si Padang ini bisa berbicara berbagai logat etnis negeri ini. Dari barat sampai timur.
Si Medan pamit duluan, anaknya sudah datang membawa buku rapor. Saya sebenarnya masih betah ngobrol dengan si Padang, kisah BUMN yang menangani konstruksi cukup menarik. Ya, si Padang pernah mengecap sebagai salah satu engineer BUMN tersebut, terakhir adalah pembangunan Jembatan Suramadu. Saat hampir selesai pembangunan jembatan tersebut, dia memilih resign mempertahankan idealisme. Itu sebelum tahun 2006. Saat banyak BUMN mengalami penurunan ‘eksistensi’. Kisahnya.
Saya pamit, dan kembali masuk kelas, antrian rapor masuk nomor 45. Saya masih menunggu sambil mulai mengetik tulisan ini. Sampai giliran saya tiba. Beberapa nasehat disampaikan Bu Guru wali kelas terkait prestasi akademis si kembar. Aa yang mendapat nilai lebih baik dari Teteh disarankan memperbaiki tulisannya. Sedang Teteh yang biasanya nilainya lebih baik saat UTS, justeru kalah oleh Aa dalam UAS.
Lho kok Aa dan Teteh :) , maklum terbiasa di lingkup keluarga isteri yang dominan Sunda, meski saya Jawa Ngapak, saya tidak mau memaksakan Banyumasisme pada anak-anak saya. Penyebutan Aa dan Teteh sekaligus mengajarkan kepada si bontot yang baru satu tahun, agar nantinya menghormati dengan panggilan tersebut. (tri)
**************
Posted from WordPress for Android Wonder Roti Jahe
