Situs Sejarah di Saudi sangat banyak, hal ini menimbulkan berbagai prasangka dan bermacam tingkah laku kaum muslimin di seluruh dunia saat datang ke sana, baik untuk haji maupun umrah. Timbul prasangka terhadap kerajaan Saudi Arabia yang terkesan merombak (dikabarkan menghancurkan) beberapa situs sejarah peninggalan Nabi SAW dan mengalihfungsikan.
Serba salah akan situs sejarah di kalangan Muslim karena tercampurnya ajaran Islam dengan nenek moyang serta massifnya Syiah dalam menginfilterasi ajaran Islam dengan berbagai taqiyahnya.
1. Ibadah di tempat-tempat yang utama di Makkah harus dilakukan sesuai ketentuan syariat baik dari sisi asalnya, maupun sisi caranya
Hal ini karena banyak terjadi salah pemahaman akan tempat-tempat utama untuk berdo’a atau beribadah.
Contoh: Rumah Rosul dilahirkan dijadikan perpustakaan, dengan maksud tetap dikenang sebagai sekedar situs dan menghindari pengkultusan sebagai tempat yang memiliki barokah. Ternyata hal ini tidak serta merta membuat seluruh muslim mengerti, masih saja ada kaum muslim yang datang ke perpustakaan, bekas Nabi SAW lahir tersebut dengan maksud ‘ngalap’ berkah, menganggap tempat tersebut sebagai tempat yang mustajab untuk berdoa. Bahkan saat perpustakaan ini tutup, ada saja kaum muslim yang datang bukan untuk membaca, tapi melakukan ritual seperti shalat sunah, padahal jelas tidak ada contoh dan dalil yang memerintahkan. Hal tersebut atau ritual keagamaan tersebut dilakukan semata karena sejarah dan cenderung menimbulkan syirik, karena mengagungkan tempat yang tidak disyariatkan.
Kejadian tragedi Mina seolah menjadi momentum untuk melanjutkan protes akan situs sejarah di Arab Saudi, kalo dirunut, yang menghembuskan isu akan protes pembongkaran situs sejarah dan wahabi adalah kaum non muslim, awalnya dari Inggris dan Syiah.
Contoh lain:
Gua Hira, tempat nabi Muhammad saw berkhalwat sblm diangkat menjadi Rosul.
Tidak ada dalil utk melakukan ritual ibadah di tempat tersebut, tapi pada kenyataannya, banyak kaum muslimin yang datang ke Gua Hira dan melakukan ritual ibadah tanpa dasar yang sahih, berdasar persangkaan dan persepsi sejarah semata.
2. Tidak bolwh menganalogikan (mengqiyaskan) tempat-tempat yang utama di Makkah dengan tempat lain di muka bumi ini.
Contoh:
Menganggap tanah Syam sama dengan Makah dan Madinah
Memperjalankan di waktu malam (Al-‘Isrā’):1 – Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Tanah haram hanya Makkah dan Madinah, sementara tanah Syam (termasuk Palestina dan Syiria) adalah tanah yang diberkahi seperti dalam ayat pertama surat Al Isra’ di atas.
Contoh lain: Mengkeramatkan makam kyai atau masjid tertentu di tanah air
Ziarah Makam wali 9 dengan mengharap berkah, meyakini terkabulnya do’a karena berdoa di masjid besar tertentu di Indonesia, ini banyak kita jumpai.
3. Tempat Rosul beribadah, tapi rosul tidak mensyariatkan mengkhususkan beribadah di tempat tersebut.
Contoh:
Jabal Rahmat, Rosul Wukuf sekali di sini. Jabal Rahmat, tempat bertemunya Nabi Adam dan ibunda Hawa, ada tugu sebagai tanda situs sejarah, seperti di perpustakaan, di tugu tersebut juga ditulisi warning, peringatan agar kaum muslimin menghindari syirik. Bahwa Jabal Rahmat adalah bagian dari Arafah, tempat wukuf. Hanya saja Nabi dulu wukuf di tempat tersebut, hal ini menimbulkan persepsi di sebagian kaum muslimin, bahwa Jabal Rahmat memiliki keutamaan untuk wukuf, dibanding wilayah Arafah lainnya. Padahal Nabi tidak mensyariatkan tempat tersebut dan menyebutkan bahwa seluruh Aarafah adalah tempat wukuf. Dan tidak ada satupun nash atau dalil yang menjelaskan kekhususan dari Jabal Rahmat dibanding wilayah Arafah secara keseluruhan. Sekali lagi, persepsi berdasarkan sejarah. Bahkan ada yang menganggap salah satu keutamaan Jabal Rahmat adalah mengabulkan do’a bagi kerukunan keluarga, karena berdasarkan sejarah, di tempat inilah Nabi Adam dan Ibunda Hawa kembali dipersatukan setelah diusir dari Syurga. Sehingga ada kaum muslimin yang mengkhususkan berdo’a dan meyakini keterkaitan sejarah pertemuan penghulu manusia tersebut dengan kelanggengan rumah tangga. Suatu ketika, seorang Ustad mendatangi tugu Jabal Rahmat, dan oleh penjaga ditunjukan segepok surat yang berisi bermacam permintaan, dan sebagian surat tersebut memakai bahasa Indonesia bahkan bahasa Jawa. Berdo’a lewat surat yang dilemparkan ke arah tugu (tugu ini dijaga askar). Na’udzubillah. Penjaga tugu Jabal Rahmat berpesan kepada ustad, tolong perbaiki iman muslim Indonesia.
4. Tempat Rosul Beribadah dan mensyariatkan sebagai tempat yang mustajab
Contoh:
“Multazam adalah tempat dikabulkannya do’a. Tak ada satu pun do’a seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan” (HR. Ahmad)
Multazam adalah sebuah tempat diantara Hajar Aswad dan Pintu Ka’bah. Di Multazam inilah Rosul SAW berdo’a secara khusus dengan menempelkan telapak tangan serta wajahnya ke dinding, serta mensyariatkannya seperti hadits di atas.
Tapi banyak kaum muslimin yang haji maupun umrah justeru melakukan ritual ibadah di pintu Kabah dan maqam Ibrahim.
Maqam Ibrahim adalah batu tempat berpijak Nabi Ibrahim saat membangun Kabah, dan disyariatkan shalat 2 rakaat di belakang maqam Ibrahim ini setelah thawaf 7 putaran mengitari Kabah. Jadi shalat 2 rakaat di belakang maqam Ibrahim merupakan bagian dari thawaf, 1 paket yang tidak terpisahkan. Tapi banyak terjadi orang justeru melakukan ritual di maqam Ibrahim dengan mencium dan mengelus rumah maqam tersebut (maqam atau batu pijakan Nabi Ibrahim sudah ditutup dengan semacam sangkar burung).
Batu Maqam Ibrahim dan batu Hajar Aswad merupakan batu dari Syurga, jika cahayanya tidak dipadamkan oleh Allah SWT, maka mampu menerangi dunia ini dari barat sampai timur.
Hadits “Rukun (Hajar aswad) dan Maqam Ibrahim adalah dua batu akik yang diturunkan dari surga yang telah Allah redupkan sinarnya, kalau seandainya tidak demikian niscaya sinarnya akan menyinari seluruh penjuru dunia dari Timur sampai ke Barat”.
Dan dalam riwayat dari Imam al-Baihaqi, disebutkan : “Seandainya bukan kerana dosa dan kesalahan anak cucu Adam, maka keduanya (batuan itu) mampu menerangi Timur dan Barat”. (Al-Ihsan fi Taqrib Sahih ibn Hibban (3710); al-Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, 5/75, Hadis Sahih).
Semoga kita semua terhindar dari perbuatan syirik dan propaganda musuh-musuh Islam. Aamiin
*inspired: Kajian Kuliah Duhur Senin 21 Dzulhijjah 1436H / 05 Oktober 2015, materi : Syirah, di masjid Baiturrahman, Ancol Taman Impian, oleh Ustad Dr. Imam Zamroji.
Posted from Wonder Roti Jahe
Filed under: Religi, sosial
